Langsung ke konten utama

Ayah, Aku Mau Sekolah...!



 
Dua tahun berlalu sudah. Rince masih tetap pada pendiriannya, tak mau melanjutkan sekolahnya. Ia tak mau kuliah –meskipun selalu ditawari dengan tawaran pendidikan yang menarik .
          Rince memang orang yang cukup keras kepala. Apalagi ia selalu dimanja oleh ayahnya semasa masih hidup bersama. Kini, ia hanya tinggal bersama ibunya. Mungkin hal ini yang membuatnya tak mau jauh dari rumah; apalagi ia anak tunggal.
          Selama hidupnya, ayah Rince menjanjikan hal-hal yang luar biasa menarik dalam dunia pendidikan. Ayahnya mau anaknya menuntut ilmu setinggi mungkin. Ayahnya pernah berjanji bahwa ia akan tetap selalu mengantar Rince ke tempat kuliah setiap pagi seperti yang dilakukannya pada Rince selama hidupnya sebelum ia pergi ke kebun. Sungguh, ia sangat mencintai Rince, anak tunggalnya itu. Ia tak pernah mengeluh dalam mendukung anaknya bersekolah. Rince pun selalu semangat pergi ke sekolah.
          Kini, Rince telah tamat SMA. Semangatnya untuk bersekolah pudar. Bahkan ia sering mengatakan dengan terus terang pada ibunya bahwa ia membenci sekolah.
          Ia sangat iri pada semua orang yang bersekolah. Ia iri karena mereka mempunyai ayah yang bertanggung jawab untuk menyekolahkan mereka. Ia membenci ayahnya karena tak menepati janjinya. Ia menganggap ayahnya sebagai seorang pembohong.
          “Ayah membohongiku, Bu! Dia dulu berjanji bahwa dia mau menyekolahkanku. Tetapi, nyatanya…., ayah tak bertanggung jawab. Aku benci ayah, Bu!”
          “Nak, jangan berkata begitu. Kan masih ada pamanmu yang mau menyekolahkanmu!”
          “Iya, Bu! Tapi, paman tak sama dengan ayah. Paman selalu marah-marah. Ia tak mau mengantarku ke tempat kuliah. Aku selalu jalan sendirian setiap pagi. Kan aku perempuan, Bu, aku lemah! Bagaimana kalau terjadi sesuatu di jalan, siapa yang akan menolong aku?”
          “Nak! Jangan pernah berpikir bahwa perempuan itu lemah. Kamu lihat saja perempuan-perempuan hebat di negeri ini, seperti Kartini, Megawati, Agnes Monika, Gita Gutawa, dan masih banyak lainnya.”
          “Iya, Bu! Tapi, ayah seorang pembohong. Ia tak bertanggung jawab! Ia tidak memenuhi janjinya.”
          “Nak! Ayahmu telah tiada. Ia telah meninggal dunia. Ia sekarang tak bersama kita lagi di dunia ini,” kata ibu Rince sambil menangis.
          Rince pun terharu dan turut menangis. “Mengapa ayah harus pergi, Bu? Mengapa dia harus pergi meninggalkan kita?”
          “Nak! Itu urusan Tuhan. Kamu tahu…, ayah sangat mencintai keluarga kita. Ia selalu mencintai kamu. Ia bertanggug jawab. Ia bukan penipu. Ia selalu mau kamu bersekolah. Ia selalu siap untuk mengantar kamu ke tempat kuliah. Memang ia sudah tidak ada lagi di dunia ini, tetapi ia selalu menyertai kita, selalu siap mengantar kamu ke tempat kuliah dari surga.”
          Mendengar itu, Rince tidak tahan lagi menahan tangisannya. Ia menangis histeris. Ia memeluk dan mencium ibunya. “Maafkan aku, Bu!”
          Segera Rince berlari keluar mendapati makam ayahnya di samping rumah. Sambil menangis, ia merayap dan memeluk makam ayahnya. “Maafkan aku ayah! Aku mau sekolah sekarang. Aku yakin ayah mau dan selalu mengantarku setiap pagi.


Timor 2011/2012
Todi Manek, CMF


Komentar

Postingan populer dari blog ini

“...SENDI PANGKAL PAHA ITU TERPELECOK...” (KEJ 32:25)

Mengapa sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging dari binatang yang menutupi sendi pangkal pahanya? Karena pada zaman dahulu, ketika Yakub (salah satu Bapa bangsa orang Israel) sendirian bermalam di Pniel (lih. Kej 32:24, 30), dia bergulat dengan seorang laki-laki utusan Tuhan (Kej 32:24). Pergulatan itu terjadi sepanjang malam. Di akhir pergulatan itu, ternyata Yakub menang. Karena melihat bahwa ia tak mampu mengalahkan Yakub, laki-laki utusan Tuhan itu memukul pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok (Kej 32:25). Keesokan harinya, Yakub pincang karena pangkal pahanya itu (Kej 32:31). “Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena DIA telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya” (Kej 32:32). SINGKATNYA, karena Yakub itu Bapa Bangsa mereka, bangsa Israel tidak makan daging dari binatang yang pangkal pahanya tertutup. Mari kita pun mencontohi para Bapa Bangsa k...

Kisah Terjadinya Tiang Garam

“Berkatalah seorang (malaikat Tuhan kepada Lot): “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di lembah Yordan, dan larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap” (Kej 19:17). “Tetapi istri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam” (Kej 19:26). Hari ini kita memperingati seorang martir di Roma. Namanya Raymundus Lullus . Kalau kerapuhan iman istri Lot hanya menyisakan tiang garam di Sodom dan Gomora, darah martir Raymundus Lullus mengokohkan tiang kejayaan kekristenan di Roma. Itulah sebabnya Roma tetap jaya. Meski kecil, tapi pernah dan akan selalu menggoncang hati dunia. Dari sanalah dunia ditata. Suka atau tidak suka, terima atau tidak terima – tapi itulah kenyataanya. Semua ini tak terlepas dari banjir darah dari martir di Roma ini, seorang Kristen sejati, Raymundus Lullus. Menatap semua kejayaan itu, kita boleh bercermin. Ketika para muri...

Membongkar 'Mindset' Uang Suap

‘Suap itu biasa kok !’ Ungkapan ini tak asing lagi di kuping kita. Bahkan Swarsono, Penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mengumandangkan ungkapan ini. Masyarakat Indonesia sekarang mempunyai mindset : suap itu biasa saja, katanya. Dalam Seminar Nasional di Universitas Sebelas Maret Solo, sabtu (9/11) lalu, Swarsono membandingkan praktik suap di Cina dan Amerika dengan praktik suap di Indonesia. Menurutnya, dalam mindset bangsa Cina dan Amerika, praktik suap dipandang sebagai suatu kejahatan. Karena itu, kedua bangsa itu berusaha untuk menghindarinya. Sementara dalam mindset masyarakat Indonesia, kata Swarsono, praktik suap sudah menjadi hal yang biasa saja ( Kedaulatan Rakyat , 11/11). Masyarakat Indonesia pada umumnya berpikir, para pejabat hanya bisa dilunakkan dengan uang suap. Karena itu, jika suatu urusan terhambat, masyarakat secara gamblang memahami. Uang suap harus diberikan kepada pihak yang menghambat urusan itu, sehingga urusan menjadi lancar. Kini sema...