“Berkatalah seorang (malaikat Tuhan kepada Lot): “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di lembah Yordan, dan larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap” (Kej 19:17). “Tetapi istri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam” (Kej 19:26).
Hari ini kita memperingati seorang martir di Roma. Namanya Raymundus Lullus
. Kalau kerapuhan iman istri Lot hanya menyisakan tiang garam di Sodom dan
Gomora, darah martir Raymundus Lullus mengokohkan tiang kejayaan kekristenan di
Roma. Itulah sebabnya Roma tetap jaya.
Meski kecil, tapi pernah dan akan selalu menggoncang hati dunia. Dari sanalah
dunia ditata. Suka atau tidak suka, terima atau tidak terima – tapi itulah
kenyataanya. Semua ini tak terlepas dari banjir darah dari martir di Roma ini,
seorang Kristen sejati, Raymundus Lullus.
Menatap semua kejayaan itu, kita boleh bercermin. Ketika para murid Yesus
diombang-ambingkan badai, mereka membangunkan Yesus: “Tuhan, tolonglah, kita
binasa.” Yesus menjawab mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?”
Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, dan danau itu menjadi
teduh sekali. (lih. Mat 8:23-27).
Istri Lot menjadi tiang garam karena tidak percaya. Begitu pula para murid
takut karena kurang percaya. Padahal secara fisik, para murid dekat dan bersama
dengan Yesus. Sebaliknya, martir Raymundus Lullus, karena percaya dan tidak
takut membela iman akan Yesus, bahkan berani menumpahkan darahnya, kota Roma
jaya hingga hari ini.
Mari kita berdoa agar Tuhan meneguhkan iman kita. Semoga kita sungguh
percaya kepada Yesus. Akhirnya angin dan gelombang di danau hidup kita
masing-masing kita serahkan kepada Yesus sendiri yang akan menghardiknya dan
kita peroleh keteduhan hidup. Amin.
Yogyakarta, 30 Juni 2015
Salam Hangat dariku,
Metodius Manek, CMF




Komentar
Posting Komentar