Langsung ke konten utama

Singkap atau Buka?

(SINGKAP itu berbeda dengan BUKA)

gaya singkap zaman now

Sekali kamu “membuka”, segala hal bisa saja kamu dapatkan. Tapi sayang sekali, gairah hidup dan daya juangmu pun seakan mencapai titik akhir. Kamu cenderung untuk mengakhiri pencarianmu. Persis ketika kamu berhenti mencari, kamu mulai arogan dan bisa saja jatuh dalam hasrat untuk menindas orang lain.

Berbeda kalau kamu “menyingkapkan”. Sekali kamu menyingkapkan, selalu saja masih ada sejuta rahasia, sehingga berlaksa gairah masih menanti langkahmu untuk terus mencari dan menemukan hal-hal baru. Dengan begitu, hidupmu tidak akan pernah membosankan, bahkan kesendirianmu pun tak akan jatuh dalam kesepian, juga asamu tak akan pernah pupus.

“Membuka” cenderung kasar dan menyakitkan, dan kadang hanya mengikuti hasrat diri untuk menguasai orang lain. Sebaliknya, “menyingkapkan” cenderung lembut dan bersahabat, sehingga yang disingkapkan pun seakan merelakan dirinya untuk disingkapkan. Penyingkapan selalu memberi spasi tertentu, sehingga dialog cinta pun bisa mengambil tempat di antara insan-insan yang sedang bersua.

Hendaknya kita jangan terburu-buru “membuka” dengan hasrat diri yang kasar dan ingin menguasai, tetapi marilah kita “menyingkapkan”, kelihatannya lamban tapi pasti, karena selalu menari mengikuti ritme jagad raya.


Yogyakarta, 4 Desember 2018
Todi Manek, CMF

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“...SENDI PANGKAL PAHA ITU TERPELECOK...” (KEJ 32:25)

Mengapa sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging dari binatang yang menutupi sendi pangkal pahanya? Karena pada zaman dahulu, ketika Yakub (salah satu Bapa bangsa orang Israel) sendirian bermalam di Pniel (lih. Kej 32:24, 30), dia bergulat dengan seorang laki-laki utusan Tuhan (Kej 32:24). Pergulatan itu terjadi sepanjang malam. Di akhir pergulatan itu, ternyata Yakub menang. Karena melihat bahwa ia tak mampu mengalahkan Yakub, laki-laki utusan Tuhan itu memukul pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok (Kej 32:25). Keesokan harinya, Yakub pincang karena pangkal pahanya itu (Kej 32:31). “Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena DIA telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya” (Kej 32:32). SINGKATNYA, karena Yakub itu Bapa Bangsa mereka, bangsa Israel tidak makan daging dari binatang yang pangkal pahanya tertutup. Mari kita pun mencontohi para Bapa Bangsa k...

Kisah Terjadinya Tiang Garam

“Berkatalah seorang (malaikat Tuhan kepada Lot): “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di lembah Yordan, dan larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap” (Kej 19:17). “Tetapi istri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam” (Kej 19:26). Hari ini kita memperingati seorang martir di Roma. Namanya Raymundus Lullus . Kalau kerapuhan iman istri Lot hanya menyisakan tiang garam di Sodom dan Gomora, darah martir Raymundus Lullus mengokohkan tiang kejayaan kekristenan di Roma. Itulah sebabnya Roma tetap jaya. Meski kecil, tapi pernah dan akan selalu menggoncang hati dunia. Dari sanalah dunia ditata. Suka atau tidak suka, terima atau tidak terima – tapi itulah kenyataanya. Semua ini tak terlepas dari banjir darah dari martir di Roma ini, seorang Kristen sejati, Raymundus Lullus. Menatap semua kejayaan itu, kita boleh bercermin. Ketika para muri...

Membongkar 'Mindset' Uang Suap

‘Suap itu biasa kok !’ Ungkapan ini tak asing lagi di kuping kita. Bahkan Swarsono, Penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mengumandangkan ungkapan ini. Masyarakat Indonesia sekarang mempunyai mindset : suap itu biasa saja, katanya. Dalam Seminar Nasional di Universitas Sebelas Maret Solo, sabtu (9/11) lalu, Swarsono membandingkan praktik suap di Cina dan Amerika dengan praktik suap di Indonesia. Menurutnya, dalam mindset bangsa Cina dan Amerika, praktik suap dipandang sebagai suatu kejahatan. Karena itu, kedua bangsa itu berusaha untuk menghindarinya. Sementara dalam mindset masyarakat Indonesia, kata Swarsono, praktik suap sudah menjadi hal yang biasa saja ( Kedaulatan Rakyat , 11/11). Masyarakat Indonesia pada umumnya berpikir, para pejabat hanya bisa dilunakkan dengan uang suap. Karena itu, jika suatu urusan terhambat, masyarakat secara gamblang memahami. Uang suap harus diberikan kepada pihak yang menghambat urusan itu, sehingga urusan menjadi lancar. Kini sema...