Waktu itu kita masih polos. Kita belum tahu apa itu cinta. Namun tatapanmu seakan membuat aku telanjang. Aku tak tahu dengan cara apa lagi aku harus membalut ‘tuk menutupi diriku. Barangkali di kala itu kita masih terlalu murni dan suci sehingga aku tak tahu bagaimana harus membohongimu. Atau bisa jadi, benar juga kata orang-orang: kita masih terlalu lugu waktu itu.
Memang benar, di kala itu masih terlalu pagi bagi kita untuk saling mengungkap rasa. Kita masih terlalu bodoh untuk mengatakan cinta, apalagi bilang “I Love You”. Namun senyuman manismu tak bisa menipu, juga senyum luguku tak bisa berdusta.
Aku sangat senang kala itu. Barangkali itulah cinta versi kita berdua. Itulah cinta versi kekanak-kanakan kita. Namun harus kuakui bahwa itulah awal aku mencintai seorang perempuan yang bukan ibuku dan juga bukan kedua saudariku. Meski cinta kita saat itu tak begitu dalam, tapi itulah awal petualangan cintaku.
Terima kasih untukmu, wahai dikau, pemilik senyum manis.
Tawangmangu, 6 Agustus 2018
Salam Hangat Dariku,
Metodius Manek, CMF
Komentar
Posting Komentar