Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Tidak Tahan Aku Melihat Anak Itu Mati

“ Tidak tahan aku melihat anak itu mati ” (Kej 21:16). Demikian kata Hagar, budak Abraham, ketika ia kehabisan air di padang gurun Bersyeba, setelah ia dan anaknya (Ismael) diusir pergi oleh Abraham atas desakan Sara. Tapi Tuhan tak pernah tutup mata. Memang benar ungkapan klasik Jawa: “ Gusti mboten sare ”, Allah tidak tidur. Allah tak tega membiarkan Hagar mati. Allah tak rela Ismael mati kehausan. Itulah sebabnya Allah mengirim malaikat-Nya bagi mereka untuk menunjukkan sumur yang darinya mereka memperoleh air untuk minum. Hagar itu seorang hamba Abraham. Anaknya Ismael pun lahir dari perhambaan itu. Tapi Tuhan tidak memandang hina perhambaannya itu. Sebaliknya, Allah akan membuat Ismael menjadi suatu bangsa yang besar (Kej 21:18) dan selalu menyertai dia sebagai pemanah di padang gurun Paran (Kej 21:20). Semakin banyak bukti dikumpulkan, justru kasus pembunuhan Angeline semakin sulit temukan jalan keluarnya. Tapi kita yaki n: “ Gusti mboten sare .” Senada dengan Hag...

Kisah Terjadinya Tiang Garam

“Berkatalah seorang (malaikat Tuhan kepada Lot): “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di lembah Yordan, dan larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap” (Kej 19:17). “Tetapi istri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam” (Kej 19:26). Hari ini kita memperingati seorang martir di Roma. Namanya Raymundus Lullus . Kalau kerapuhan iman istri Lot hanya menyisakan tiang garam di Sodom dan Gomora, darah martir Raymundus Lullus mengokohkan tiang kejayaan kekristenan di Roma. Itulah sebabnya Roma tetap jaya. Meski kecil, tapi pernah dan akan selalu menggoncang hati dunia. Dari sanalah dunia ditata. Suka atau tidak suka, terima atau tidak terima – tapi itulah kenyataanya. Semua ini tak terlepas dari banjir darah dari martir di Roma ini, seorang Kristen sejati, Raymundus Lullus. Menatap semua kejayaan itu, kita boleh bercermin. Ketika para muri...
Anak itu Anugerah Allah “ Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauhI! Tuhah telah memanggil aku sejak dari kandungan – telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku ” <Yes 49:1> Hari ini kita merayakan Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis. Ia lahir dari keluarga saleh. Zakharia, ayahnya, seorang imam di Bait Allah. Hidupnya jauh dari kejahatan dan kenajisan, dan ia sangat layak disebut orang terberkati. Namun, konteks budaya Yahudi mengatakan lain. Istrinya, Elizabeth, mandul. Itu berarti keluarganya terkutuk. Bermain di antara terberkati dan terkutuk, hidup Zakharia si imam saleh dan Elizabeth si perempuan mandul menjadi sorotan pergulatan iman semua insan yang peduli akan hidup. Terberkati atau terkutuk? Kelahiran Yohanes Pembaptis menunjuk dengan jelas keberpihakan Allah. Allah pun hadir dalam keluarga yang malang dan papa. Kelahiran Yohanes Pembaptis makin mempertegas bahwa Allah tak pernah meninggalkan keluarg...
Menatap-Mu dari Kisi-kisi Kabut Pagi Gelap malam semakin sirna Dikau fajar kian merekah Berharap pekat lenyap selamanya Dikau datang mengusir resah O fajar, datanglah segera Hidupku hampa bila kau tiada Izinkan aku menyapamu lagi Meski hanya menatap-Mu dari kisi-kisi kabut pagi O fajar, harapan jiwaku Datanglah segera, hilangkan gelap Walau asaku tinggal terpaku Biarkan aku berdiri tegap Wahai fajar, kembalikan hidupku Kemarilah dekat, rangkullah jiwaku Bangkitkan hasrat biar kembali berpacu Agar lewat kisi-kisi kabut pagi ini kuselalu menatap-Mu Metodius Manek, CMF Yogyakarta, 22 Juni 2015